Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts
Prinsip-prinsip
seni rupa adalah cara penyusuan, pengaturan unsur-unsur rupa sehingga membentuk
suatu karya seni. Prinsip Seni Rupa dapat juga disebut asas seni rupa, yang
menekankan prinsip desain seperti: kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,
proporsi dan keselarasan. Desain atau yang dulu diistilahkan dengan sebutan
nirmana sebenarnya secara meteri tidak ada perubahan yang mendasar,
karena semua prinsip tersebut masih seperti semula.
1.
Prinsip Kesatuan
Untuk
mendapatkan suatu kesan kesatuan yang lazim disebut unity memerlukan
prinsip keseimbangan, irama, proporsi, penekanan dan keselarasan. Antara bagian
yang satu dengan yang lain merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling mendukung
dan sistematik membentuk suatu karya seni. Dalam penerapannya pada bidang
karya seni rupa/kriya prinsip kesatuan menekankan pada pengaturan obyek atau
komponen obyek secara berdekatan atau penggerombolan unsur atau bagian-bagian.
Dalam kekriyaan pengaturan ini bisa dilakukan atau dapat dilakukan dengan cara
permainan teknik pahatan, memformulasikan obyek, subyek, dan isian-isian pada
suatu bidang garapan.
2.
Prinsip Keseimbangan
Prinsip
keseimbangan berkaitan dengan bobot. Pada karya dua dimensi prinsip
keseimbangan ditekankan pada bobot kualitatif atau bobot visual, artinya berat
– ringannya obyek hanya dapat dirasakan. Pada karya tiga dimensi prinsip
keseimbangan berkaitan dengan bobot aktual (sesungguhnya). Keseimbangan ada dua
yaitu: Simetris dan asimetris. Selain dua keseimbangan itu ada juga yang
namanya keseimbangan radial atau memancar yang dapat diperoleh dengan
menempatkan pada pusat-pusat bagian. Pencapaian keseimbangan tidak harus
menempatkan obyek secara simetris atau di tengah-tengah. Keseimbangan juga
dapat diperoleh antara penggerombolan dengan obyek-obyek yang berukuran kecil
dengan penempatan sebuah bidang yang berukuran besar. Atau mengelompokkan
beberapa obyek yang berwarna ringan (terang) dengan sebuah obyek berwarna berat
(gelap).
3.
Prinsip Irama
Irama
dalam karya seni dapat timbul jika ada pengulangan yang teratur dari unsur yang
digunakan. Irama dapat terjadi pada karya seni rupa dari adanya
pengaturan unsur garis, raut, warna, teksture, gelap-terang secara
berulang-ulang. Pengulangan unsur bisa bergantian yang biasa disebut irama
alternatif. Irama dengan perubahan ukuran (besar-kecil) disebut irama
progresif. Irama gerakan mengalun atau Flowing dapat dilakukan secara
kontinyu (dari kecil ke besar) atau sebaliknya. Irama repetitif adalah
pengulangan bentuk, ukuran, dan warna yang sama (monotun).
4.
Prinsip Penekanan
Pada
seni rupa bagian yang menarik perhatian menjadi persoalan/masalah prinsip
penekanan yang lebih sering
disebut
prinsip dominasi. Dominasi pada karya seni rupa dapat dicapai melalui
alternatif melalui memggerombolkan beberapa unsur, pengaturan
yang berbeda, baik ukuran atau warnanya. Seperti
misalnya gambar orang dewasa pada sekelompok anak kecil, warna merah di antara
warna kuning. Penempatan dominasi tidak mesti di tengah-tengah, walaupun posisi
tengah menunjukkan kesan stabil.
Penekan
atau pusat perhatian atau juga disebut obyek suatu karya/garapan adalah karya
yang dibuat berdasarkan prioritas utama. Karya yang diciptakan paling awal
tersebut lebih menonjol dari berbagai segi obyek pendukungnya seperti ukuran,
teknik, dan pewarnaannya. Dalam seni kriya, penciptaan suatu karya dinominasi
menjadi tiga bagian; I. obyek ciptaan. 2. obyek pendukung dan 3.
isian-isian. Obyek ciptaan mendapat perhatian yang prioritas dan
dominan karena akan dijadikan pusat perhatiannya. Obyek pendukung yang
dimaksudkan adalah bentuk-bentuk yang dibuat agar tidak sama persis dengan
obyek ciptaan, karena sifatnya sebagai pendukung. Sedangkan isian-isian adalah
obyek yang memberikan aksen terhadap kedua obyek ciptaan. Atau memberi pola/motif
pada bidang-bidang tertentu untuk memunculkan obyek ciptaan.
5.
Prinsip Proporsi
Proporsi
adalah perbandingan antara bagian-bagian yang satu yang lainnya dengan
pertimbangan seperti: besar-kecil, luas-sempit, panjang-pendek, jauh
–dekat dan yang lainnya. Dalam seni rupa kriya, perbandingan ini
mempertimbangkan seperti bidang gambar dengan obyeknya. Yang juga memjadi
perbandingan dalam seni rupa kriya adalah skala maupun riil/aktual.
Berdasarkan kondisi riil, botol lebih tinggi dari pada gelas atau piring lebih
lebar dari pada mangkok. Proporsi juga digunakan untuk membedakan obyek utama
(tokoh), pendukung (figuran), dan isian-isian (pendukung/latar).
6.
Prinsip keselarasan
Prinsip
ini juga disebut prinsip harmoni atau keserasian. Prinsip ini timbul karena ada
kesamaan, kesesuaian, dan tidak adanya pertentangan. Selain penataan
bentuk, teksture, atau warna-warna yang berdekatan (analog). Kalau dalam karya
ada warna-warna yang berlawanan (komplementer) harus dicarikan warna
pengikat/sunggingan seperti warna putih.
Pengertian dan Macam Seni Rupa
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama
untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa
yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa
tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur
rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna.
Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian
yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna
bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya
unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan
kata lain kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah
bagian-bagiannya.
Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan menempati ruang. Contoh : seni patung, seni kriya, seni keramik, seni arsitektur dan berbagai desain produk.
Seni Rupa jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai / terapan (applied art). Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik. Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan.
Seni Terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur, poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi sebaliknya, melukis bisa lebih sulit daripada membuat rumah tinggal.
Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan menempati ruang. Contoh : seni patung, seni kriya, seni keramik, seni arsitektur dan berbagai desain produk.
Seni Rupa jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai / terapan (applied art). Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik. Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan.
Seni Terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur, poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi sebaliknya, melukis bisa lebih sulit daripada membuat rumah tinggal.